Tuntutan akan adanya peningkatan produksi susu
dan daging, berkonsekuansi adanya kompetisi terhadap
penggunaan limbah tanaman untuk pakan ternak. Apabila ditunjang adanya
penurunan produksi biji-bijian dunia, menyebabkan semakin
tidak ekonomis memberi pakan ternak berasal dari butir-butiran, karena
berkompetisi dengan manusia. Dengan demikian, karena pentingnya protein asal
ternak maka ternak harus dioptimalkan kemampuan produksinya dengan memanfaatkan
hasil sampingan panen untuk pakan ternak. Berdasarkan catatan FAO di Perancis,
setiap mengeksport 1 ton pisang, maka sekitar 750 kg ditolak karena alasan
tidak memenuhi syarat atau karena melebihi dari kebutuhan. Buah yang akan
dikemas dari setiap tandan juga akan menyisakan 10 sampai 20 persen dari total
pisang yang akan dikemas tergantung tingkat seleksi dalam pengemasan pisang,
dan buah yang tidak dapat digunakan. Apabila ada 36 juta ton produksi pisang dunia (FAO, 1975) dengan
estimasi 7-10 juta ton merupakan limbah yang diberikan pada ternak, maka limbah
pisang perlu mendapat perhatian lebih lanjut.
Kandungan gizi yang terdapat dalam pisang antara
lain : Mineral, Vitamin, Karbohidrat, Serat, Protein, Lemak, dan lain-lain.
Nutrien yang terdapat di dalam setiap 100 gram pisang matang adalah sebagai
berikut: Kalori 27 Kcal, Protein 1.6 g, Lemak 0.45g, Karbohidrat 5.4g, Serat
3.4 g, Gula 1.95 g, Kalsium 14 mg, Besi (ferrum) 0.5mg, Magnesium 17 mg, Fosfor
32 mg, Potasium 256 mg, Sodium 13 mg, Zinc 0.25 mg, Copper 0.1 mg, Manganese
0.1 mg, Selenium 0.3 mg, Vitamin A 340 IU, Vitamin B-6 0.35 mg, Vitamin C 82.7
mg, Vitamin E 0.69 mg, Vitamin K 9.5 mcg, Thiamin 0.08 mg, Riboflavin 0.05 mg,
Niacin 1.24 mg, Panthotenic acid 0.27mg, Fattyacid (total saturated) 0.05 g,
Fatty acid (total monounsaturated) 0.03 g, Fatty acid (total polyunsaturated)
0.24 g Cholesterol 0 mg, Carotene, beta 194 mcg, Carotene, alpha 39 mcg dan Air
92 gram. (www.depkes.go.id)
Setiap 100 gram daun pisang terkandung lemak 4,31 gram protein, karbohidrat 33, 10 gram, dan kalorinya 224 kkal. Hal ini
kesemuanya merupakan zat-zat yang diperlukan dalam membuat pakan yang
berkualitas dalam memenuhi kebutuhan gizi ternak (funnyfree.net)
Di bidang kesehatan, pohon pisang merupakan
salah satu tanaman obat. Semak berumpun setinggi 3 meter itu buahnya memiliki
kandungan kimia noradrenalin, 5-hidroksi triptamin, dopamin, vitamin A, vitamin
B kompleks, vitamin C, F, G, serotinin, pektin, dan tanin (buah muda). Getahnya
mengandung tanin dan asam galat (funnyfree.net)
Produk samping tanaman pisang yang dapat dimanfaatkan sebagai
pakan adalah batang pisang bagian bawah (bongkol), tengah dan bagian atas
termasuk daunnya. Di beberapa daerah, batang pisang telah dimanfaatkan sebagai
bahan pengenyang disamping sebagai sumber pengadaan air minum untuk ternak.
Batang pisang mengandung senyawa sekunder dan mineral makro dan mikro yang
cukup penting bagi ternak yang bersangkutan. Senyawa sekunder, seperti tanin
pada umumnya dalam jumlah yang tidak berlebihan dipergunakan sebagai bahan
protektor protein kasar mudah larut yang terkandung dalam bahan pakan lainnya.
Tabel 1. Berbagai manfaat tanaman
pisang
Nama
|
Limbah
|
Penggunaan
|
Buah Pisang
|
Kulit Pisang
|
Cuka Kulit pisang,
nata de banana, wine (anggur), pakan ternak
|
Buah Pisang
|
Buah Pisang, sale
pisang, pure pisang, tepung pisang, kripik pisang, pakan ternak
|
|
Buah pisang reject
|
Pakan ternak
|
|
Jantung
|
Dendeng Jantung
Pisang, pakan ternak
|
|
Tandan Pisang
|
Pakan ternak
|
|
Daun pisang
|
Daun pisang
|
Pembungkus makanan,
hiasan, pakan ternak.
|
Batang Semu
|
Batang Semu
|
Pakan ternak, penawar
racun ular, tempat pentas pagelaran wayang kulit, serat untuk kain, kertas
|
Bonggol Pisang
|
Bonggol Pisang
|
Pupuk K, sabun, Kripik Bonggol pisang,penyakit disentri, pendarahan usus, obat
kumur serta untuk memperbaiki pertumbuhan dan menghitamkan rambut. Sedangkan
untuk makanan, bonggol pisang dapat diolah menjadi panganan, seperti urap dan
lalapan.
|
Pengobatan yang
menggunakan pisang
|
Kanker perut, ambient,
anemia, daya ingat, depresi dan stree, hipertensi dan stroke, obesitas, nyeri
lambung, sindrom prementruasi.
|
Pengolahan pisang tersebut akan dihasilkan
limbah kulit pisang yang cukup banyak jumlahnya yaitu kira-kira sepertiga dari
buah pisang yang belum dikupas (Munadjim, 1983). Kumalaningsih (1993)
menyatakan perbandingan antara kulit dan daging adalah 1, 2 : 1,6 pada saat
pisang masih muda, berubah menjadi 2,0 : 2,7 bila telah masak, sehingga perlu
dipikirkan pemanfaatannya. Salah satunya melalui pengawetan sebagai akibat melimpahnya limbah kulit pisang dalam bentuk
segar, sehingga keberadaanya mempunyai nilai guna yang tinggi. Sekitar 20 %
buah pisang tidak dipilih, dan tidak termanfaatkan
(Preston dan Leng, 1987)
Hasil analisis kimia kulit pisang di Indonesia menunjukkan bahwa kulit
pisang tersebut memiliki kandungan zat-zat makanan yang cukup tinggi seperti terlihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis
proksimat kulit pisang
Komponen
|
Mentah
|
Masak
|
Silase
|
Bahan Kering (BK)*
|
14,1
|
14,0
|
12,79
|
Serat
Kasar (SK)*
|
13,0
|
10,1
|
8,12
|
BETN*
|
56,8
|
60,7
|
62,98
|
Lemak Kasar
|
6,0
|
10,7
|
9,16
|
Protein Kasar (PK)
|
7,7
|
7,8
|
9,53
|
Abu
|
16,5
|
10,7
|
10,21
|
KcPK
|
22,0
|
33,8
|
36.45
|
ME
(M.Kal/kg)
|
2,2
|
2,5
|
2,45
|
Keterangan : 1 dan 2 Gohl (1981); 3.Susilowati (1997) *) berdasarkan 100 % BK.
Kandungan nutrisi kulit pisang
sangat berpotensi sekali seagai sumber karbohidrat yang baik untuk semua fase kehidupan
ternak. Kandungan karbohidrat terutama bahan ekstrak tanpa nitrogen sebesar
66,20 % (Heruwatno, dkk. 1993) dan masih mengandung selulosa dan hemiselulosa
sebesar 40 % dari total serat kasar yang dikandungnya (Parakkasi, 1990) dengan
kandungan serat kasar kulit pisang sebesar 13 % (Gohl, 1981). Van Soest (1994) bahwa selulosa dan hemiselulosa
merupakan komponen dinding sel tanaman yang masih dapat dimanfaatkan oleh
ternak ruminansia. Hasil analisis kulit pisang yang dilakukan di Laboratorium
nutrisi dan makanan Ternak Universitas Brawijaya (Susilowati, 1997) diperoleh
komposisi nutrient sebagai berikut : BK = 12,6 %; BO = 80,36%; PK = 8,36 %;
gula reduksi = 42,34 % dan gula terlarut = 5,41 %. Kandungan karbohidrat yang
besar terutama gula reduksi pada kulit pisang ambon termasuk dalam Readily Available Carbohidrates (RAC) dengan energy bruto sebesar 3724,32 Kcal/kg.
Variasi komposisi pisang ditentukan oleh derajad
kematangan. Tabel 4 menunjukkan komposisi buah yang matang dan mentah. Pisang
memiliki kadar air 78-80 persen. Pisang yang mentah dipanen untuk dikemas mengandung pati 72 persen.
Sedang yang masak pati berubah menjadi gula sederhana (sukrosa, glukosa, fruktosa). Kandungan selulosa rendah (3-4 persen) dan
sebagian besar dijumpai pada kulitnya. Fraksi anorganik sangat rendah pada
beberapa mineral, Ca dan P tetapi kaya K.
Pisang (matang ataupun mentah) rendah kandungan
proteinnya (Nx6,25) dan defisien lisin dan asam-asam amino yang mengandung
sulfur (2,3-2,9 g/16 gN). Disamping itu pisang mengandung tannin, polimer dalam
jumlah sedikit pada buah muda dan mempunyai aktivitas mengambat kerja ensim.
Pada buah yang matang jumlahnya lebih tinggi. Oleh karena kandungan gula mudah terfermentasi tinggi, pisang
mudah diensilasi. Berdasarkan hasil penelitian di Guadeloupe ( Sève et al., 1972; Le Dividich dan Geoffroy, 1973; dan Le Dividich et al., 1976) dapat disimpulkan bahwa ensilase pisang dapat berhasil
jika dilakukan pengamatan selama penyimpanan, dipastikan cukup padat dan kering, tanpa diperlukan additive.
Pisang matang mudah dipadatkan, tetapi pisang yang masih mentah perlu dicacah
terlebih dulu. Sebagai alternatif, pisang mentah dimatangkan dulu baik secara
alami ataupun buatan melalui pemberian gas asetilen / karbit (suatu prosedur
yang dikembangkan oleh IFAC di stasiun Guadeloupe) sebelum diensilase. Silase yang dibuat dari pisang
mentah, tersimpan dengan baik ( kehilangan pati hanya 6-7 persen), sedangkan 84
persen gula sederhana pisang yang matang terdegradasi atau hilang. Sebagai hasilnya, kehilangan berat hampir tiga kali lebih sedikit untuk silase
pisang mentah (10-15 persen) dibandingkan pada silase pisang matang (30-35
persen).
Kandungan N silase stabil pada tiga sampai empat
hari dan dalam penyimpanan minimal enam bulan. Karakteristik silase dari buah
matang ( e.g. pH dan kandungan asam laktat) mungkin lebih baik dibanding silase
dari pisang mentah.Tetapi silase dari pisang mentah diharapkan lebih disukai,
terutama saat terjadi puncak produksi, adanya kendala pemasaran dan gangguan
cuaca.
Tabel 3. Komposisi
limbah pisang pada berbagai tingkatan umur dan pengawetan
Item
|
Green 3 to 5 days after picking
|
Ensiled green
|
Ripe
|
Ensiled ripe
|
Physical composition
|
Percentage of dry matter
|
|||
Banana peelings
|
20
|
18
|
||
Banana pulp
|
80
|
82
|
||
Chemical composition
|
Percent
|
|||
Dry matter content in fresh feed
|
21.2
|
29.0
|
21.7
|
23.5
|
3.7
|
5.3
|
3.8
|
6.1
|
|
6.4
|
3.8
|
5.3
|
8.1
|
|
1.8
|
0
|
73.6
|
17.3
|
|
72.3
|
70.9
|
3.4
|
6.8
|
|
4.6
|
3.8
|
5.2
|
5.7
|
|
Ph
|
4.2
|
3.8
|
||
Lactic acid (g/% DM)
|
5.3
|
10.1
|
||
Volatile acidity (g CH3 COOH/100
g DM)
|
1.8
|
3.0
|
||
Ethanol
|
0.2
|
2.3
|
||
Losses as percentage of ensiled
dry matter
|
13.5
|
33.9
|
TINDAK
LANJUT YANG DAPAT DILAKUKAN
Memperhatikan dari berbagai penelitian yang
telah dilakukan, maka terdapat beberapa catatan yang dapat dijadikan pijakan
untuk digunakan sebagai pertimbangan penelitian lebih lanjut.
1. Penelitian menggunakan materi buah pisang mentah maupun pisang
yang matang menjadi relevan dilaksanakan di luar negeri, karena sekitar 20 %
buah pisang tidak dipilih, dan tidak termanfaatkan
(Preston dan Leng, 1987). Kondisi demikian tidak relevan lagi di Indonesia, karena pisang kualitas kurang baik
tetap masih dapat dikonsumsi maupun diproses dalam berbagai produk lain, yang
berarti nilai ekonomis pisang lebih tinggi digunakan untuk konsumsi manusia.
2. Penelitian penggunaan kulit pisang sudah
dilakukan di Indonesia. Kulit pisang
sebagai pakan basal ternak punya kendala kandungan serat kasar rendah sehingga
pemberiannya harus ditambahkan hijauan berserat kasar tinggi. Tetapi karena
kulit pisang kaya energy sehingga pemberiaanya bisa dicampurkan dengan nitrogen bukan protein (NPN) seperti urea sebagai sumber
nitrogen untuk sintesis protein mikroba (single cell protein).
Penggunaan urea dalam pakan sumber protein dianjurkan maksimum sebanyak 1 %
dari total bahan kering konsentrat atau sebanyak 5 % dari protein konsentrat. Mengingat urea merupakan bahan kimia menjadi
tidak tepat mempunyai banyak kelemahan yaitu terjadinya polusi tanah dan
lingkungan serta residu yang berbahaya dalam saluran pencernaan ternak,
sehingga penggunaan bahan kimia ini tidak begitu dianjurkan.
3. Penelitian silase merupakan pilihan yang tepat pada kulit pisang,
hal ini salah satu upaya untuk mengatasi factor pembatas kulit pisang yang kaya
tanin. Heruwatno dkk. (1993) menyatakan bahwa kulit pisang yang masih hijau
kaya akan tanin, karenanya tidak baik diberikan secara langsung untuk pakan ternak. Kandungan tanin pada kulit
pisang mentah sebesar 7,36 % dan setelah masak turun menjadi 1,99 %. Variasi
tergantung jenis pisang yang digunakan seperti kulit pisang raja masak diperoleh tanin sebesar 0,042 %. Tanin merupakan salah satu senyawa
polihidroksipenol yang mempunyai sifat mudah berikatan dengan protein atau
polimer lainnya seperti selulosa, hemiselulosa, pectin untuk membentuk senyawa
komplek yang stabil sehingga akan menghambat kerja ensim protease dan selulase.
Tanin mempunyai dua sifat utama yang dapat dihidrolisis (hidrolizable tannin)
baik dengan larutan asam, basa, atau enzim sehingga menghasilkan senyawa
sederhana seperti monosakarida, dan asam karbosilat. Tannin hidrolis merupakan
senyawa gallatanin dan ellagitannin yaitu ester dari glucose dan asam gallat
atau asam elegant (asam hexahidroksifelat). Tanin yang kedua adalah tanin condensed
yang mempunyai struktur yang lebih komplek dan tidak dapat dihidrolisis oleh
asam atau enzim. Sedangkan yang termasuk dalam senyawa ini adalah catechin dan
leucoantosianin yang molekulnya dapat terpolarisasi menimbulkan warna hitam bilamana bereaksi dengan
ion logam sehingga kurang disukai oleh ternak ruminansia. Adanya tanin bebas yang aktif (Hydrolizable
tannin) dalam bahan pakan akan menentukan citarasa yang pahit atau sepet
(Astrigent) sehingga mengurangi palatabilitas bagi ternak. Seperti yang
dilaporkan Pond dan Manner (1974) bahwa dalam proses pematangan buah pisang
akan terjadi reduksi tanin bebas menjadi tanin terikat dan biasanya tanin jenis
ini banyak terdapat didalam kulit pisang dibandingkan dalam dagingnya. Selain
itu efek negative lain adanya tanin dalam campuran bahan pakan dalam jumlah
tinggi dapat menurunkan konsumsi bahan kering pakan dan kecernaanya.
4. Potensi limbah pisang yang dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak di Indonesia adalah batang semu, daun pisang, kulit pisang. Kendala
yang dihadapi yaitu kandungan protein rendah dengan kadar air cukup tinggi
sebesar 86% sehingga dalam penggunaanya dalam pakan tidak dapat digunakan
sebagai bahan tunggal tetapi perlu adanya penambahan bahan pakan sumber protein
tinggi misalnya konsentrat atau bungkil biji bijian tanaman kacang. Kadar PK untuk bahan suplemen yang baik sebesar 30 % (Parakkasi, 1990).
Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan cepat mengalami pembusukan dan
kerusakan sehingga dalam pemberiannya harus segar dan cepat. Upaya mengatasi
kendala tersebut dengan penelitian silase telah dilakukan.
5. Proporsi limbah pisang yang tersedia batang semu
dan daun cukup banyak tersedia, namun tidak menjadi kendala pencemaran
lingkungan. Tandan pisang dan kulit pisang menjadi kendala di beberapa
perusahaan pengolahan pisang (pembuatan tepung, kripik dan ekspor pisang)
karena jumlahnya cukup banyak, tidak termanfaatkan sehingga mencemari lingkungan.
Penelitian fermentasi menggunakan penambahan berbagai jenis kapang Aspergillus sp, Neurospora sp, Rhizopus sp dan Trichoderma sp, atau penambahan larutan asam misalnya asam asetat atau
propionate sebagai bentuk awetan segar atau
dikeringkan belum dilakukan.
PENUTUP
Limbah pisang yang berlimpah merupakan sumber pakan potensial baik secara kualitas
maupun kuantitas sangat diperlukan oleh ternak kambing, domba, sapi. Teknik pemberian pakan yang sederhana perlu
sosialisasikan secara luas mengingat pengambilan limbah pisang memerlukan
transportasi. Pemanfaatan limbah pisang untuk
ternak disarankan bersifat local dan terintegrasi di sekitar lokasi limbah
pisang. Disekitar perkebunan
pisang atau industry pengolahan pisang dapat diintrasikan tanaman leguminosa
dan budidaya ternak kambing, domba, sapi.
DAFTAR PUSTAKA
FAO. 1975. Production yearbook 1974. Rome.
funnyfree.net/results03/kandungan_protein_pada_ruminansia.html -
35k – down Load 31-12-2008
Gohl, B. 1981. Tropical
Feeds. Feed Information summaries and Nutritive Value. Animal Production and
Healt Series. FAO 12 : 364 – 366.
Heruwatno, K.D. Natawihardja,
T. Widiastuti dan C. Aisyah. 1993. Pengaruh Berbagai Tingkat Penggunaan Tepung
Kulit Pisang Raja dalam Ransum terhadap Performans Ayam Pedaging. Fakultas
Peternakan. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Kumalaningsih, S. 1993.
Sistem Penanganan dan Pengolahan Pisang Segar Modern. Hasil Seminar
Pengembangan Agro-Industri dengan Memanfaatkan Pembibitan cara Modern.
Agribisnis Kajian Tehnis dan Ekonomis. Tugu Park Hotel. Sekolah Tinggi
Pertanian Tribhuwana. Malang.
Munadjim. 1983.
Teknologi Pengolahan Pisang. Gramedia. Jakarta.
Parakkasi,
A. 1990. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Penerbit Angkasa. Bandung.
Preston, T.R. dan Leng, R.A., 1987. Matching ruminant production system with
available resources in the tropics and subtropics. Penambul book,
Armidale-Australia.
Seve, B., Le Dividich,
J. & Canope, I. 1972. Utilisation des déchets de banane “Poyo”
par le porc en croissance aux Antilles françaises. Journées de la recherche porcine en France.
Seve, B., Le Dividich,
J. & Canope, I. 1976. Préparation et utilisation de l'ensilage
de banane en alimentation animale. II. Incorporation dans la ration du porc en
croissance-finition.Annls Zootech., 25. (In press)
Susilowati, I. 1997. Pengaruh Penambahan Tetes dan Urea pada Pembuatan Silase
Kulit Pisang (Musa paradisiaca, L) terhadap Kualitas Silase. Skripsi.
Sekolah Tinggi Pertanian Tribhuwana. Malang.
www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=232&Itemid=3
- 38k – down Load 31-12-2008
www.digilib.brawijaya.ac.id:JIUBRA029800365&q=Gas - 12k down
Load 31-12-2008
www.fao.org/DOCREP/004/X6512E/X6512E10.htm - 64k - oleh J Le Dividich The purpose of this article is to review what is
currently known about the use of waste bananas asanimal feed and to consider areas of study warranting … down load 6 – 01-
2009
www.litbang.deptan.go.id/berita/one/574/ - 15k down Load 31-12-2008
1. Cabe
2.
4.
5.
6.